26 Juni 2008

Biodiversitas TN Rawa Aopa Watumohai

Sekilas Tentang TNRAW (Persfektif Ekologis)
Masyarakat Sulawesi Tenggara patut bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah dikaruniai sebuah kawasan pelestarian alam berupa Taman Nasional yang diberi nama Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW). Seiring dengan kesyukuran itu akhir-akhir ini kita juga diperhadapkan dengan beberapa masalah kaitannya dengan pengelolaan kawasan ini diantaranya adalah perburuan liar, perambahan kawasan, penebangan liar, pengkaplingan lahan oleh masyarakat disekitar kawasan, dll. Lambandia, misalnya di daerah ini kawasan TNRAW sudah sangat memprihatinkan. Sampai-sampai tokoh masyarakat menyatakan lahan – lahan kawasan yang sudah dirusak dibagi-bagi saja ke masyarakat. Lambandia adalah salah satu potret buram penghancuran kawasan TNRAW, masih banyak daerah lain. Permasalahan kawasan sudah semakin akut oleh karena itu perlu adanya kesadaran kolektif dan gerakan penyelamatan oleh semua stakeholders atas aset daerah dan warisan dunia internasional ini. Kami sadar sepenuhnya bahwa tulisan tidak menarik bila dibandingkan dengan isu – isu hangat seperti pilkada, kasus KKN di tubuh KPU, perseturuan internal di partai politik, dll. Namun terlepas dari semua itu adalah tanggung jawab kita bersama untuk tetap menjaga kawasan ini.
Taman Nasional ini ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 756/Kpts-II/1990 tertanggal 17 Desember 1990 dengan luas ± 105.194 ha. Sebelum menjadi taman nasional, kelompok kawasan ini merupakan hasil merger dari Taman Buru Gunung Watumohai dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa. Penetapan kawasan ini dilatar belakangi oleh biodiversitas yang tinggi dan kekayaan ekosistem yang unik dan khas yang terdiri dari empat ekosistem yakni ekosistem hutan mangrove, ekosistem rawa, ekosistem savana dan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah. Ekosistem inilah yang menjadi habitat beberapa jenis kehidupan liar (wildlife) yang perlu diperhatikan kelestariannya untuk dapat dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pengelolaan Taman Nasional yaitu untuk kepentingan ilmu pengetahuan, penelitian, pendidikan, menunjang budidaya, rekreasi dan pariwisata. Secara umum TNRAW memiliki empat faktor kondisi alam meliputi keanekaragaman hidupan liar (wildlife biodiversity), keanekaragaman tanaman/pohon (plant biodiversity), lahan (land) dan tata air (hydrology). Disamping hal tersebut, kawasan TNRAW juga memiliki fungsi strategis antara lain : (1) Sebagai habitat dan tempat perlindungan yang baik bagi satwa dan tumbuhan liar, 2) Sebagai tempat melakukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, 3) sebagai daerah tangkapan air (Catchment area) bagi daerah disekitarnya, 4) sebagai pengatur proses hidrologis dan berpengaruh terhadap iklim mikro, 5) Hutan Mangrove yang terletak di bagian Selatan kawasan berfungsi sebagai benteng pertahanan terhadap angin kencang, intrusi air laut dan gelombang tsunami, 6) sebagai tempat melakukan rekreasi dan wisata alam dan 7) sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar kawasan, antara lain mencari ikan, udang, kepiting, tumbuhan obat, mencari bahan baku kerajinan tangan, mencari kayu bakar dan lain-lain. Berdasarkan letak administratif pemerintahan, TNRAW terletak pada empat kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara yakni, Kab. Konawe, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Kolaka dan Kabupaten Bombana. Sedangkan menurut letak geografis, TNRAW terletak pada posisi 121o44’ BT dan 4o22’ - 4o39’ LS. Umumnya kawasan TNRAW bertopografi datar, bergelombang sampai bergunung-gunung dengan ketinggian tempat mulai dari 0 – 981 m dpl. TNRAW diktegorikan kedalam tipe iklim C dan D menurut Scmidt dan Fergusson dengan temperatur rata-rata 22,2o – 30o C dan curah hujan antara 1500 – 2000 mm/tahun. Kekayaan ekologis TNRAW Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai memiliki keragaman jenis flora dan fauna yang tersebar di keempat tipe ekosistem yang cukup bervariasi, unik dan khas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai kebun Raya Purwodadi-LIPI pada tahun 1993 berlokasi di gunung Watumohai diperoleh data vegetasi yang terdiri atas 89 famili, 257 marga dan 323 jenis/species tumbuhan. Hasil survei keragaman jenis fauna dari berbagai khas mamalia, aves maupun reptillia kerjasama Universitas Leeds (Inggris) dengan Universitas Indonesia menemukan 32 jenis diantaranya tergolong langka serta 37 jenis endemik Sulawesi. Keempat ekosistem yang terdapat di TNRAW adalah : 1) ekosistem hutan mangrove. Ekosistem ini terletak di bagian selatan TNRAW dengan luas ± 6.173 ha. Jenis vegetasi yang dominan adalah tongke (Bruguiera gymnorhiza), Rhizophora mucronata, Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Bruguiera parfilflora, Ceriops decandra (Rhizophoraceae), Soneratia alba (Sonneratiaceae), Xilocarpus granatum dan pandan (Pandanus sp.). Sedangkan jenis satwa liar yang ditemukan di ekosistem ini adalah buaya (Crocodylus porosus), Anoa Bubalus deperesiocornis), babi hutan (Sus sp.), berbagai jenis ikan, uadang, kepiting bakau, bangau (Egretta intermedia), dan lain-lain. 2) ekosistem savana. Ekosistem ini memiliki luas ± 22..964 ha terletak di belakang vegetasi mangrove. Jenis-jenis vegetasi yang ditemukan adalah alang-alang (Imperata cylindrica), totele (Cyperus rotundus), tio-tio (Fymbristilis ferrugenea), kuralangga (Axonopus compressus). Vegetasi savana ini memeliki ciri khas dan keunikan karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan tumbuhan agel (Corypha utan). Sedangkan jenis satwa liar yang banyak ditemukan adalah rusa (Cervus timorenssis), babi (Sus sp.), anoa, musang (Macrogalida musschenbroek), merpati hutan, biawak, ayam utan merah (Gallus gallus), dan lain-lain. 3) Ekosistem Rawa. Ekosisitem ini merupakan daerah depressi yang terletak di Kec. Angata Kab. Konawe Selatan dengan luas ± 11.488 ha. Kawasan ini memiliki banyak keunikan dan kekhasan tersendiri, selain karena merupakan habitat berbagai satwa liar terutama burunga air juga didominasi oleh tumbuhan teratai merah, totele, hole (Callophyllum soulatri), rumput glagah (Saccharum spp.), wewu (Planchonia valida), sagu (Metroxylon sagoo). Selain itu di ekosistem ini juga dijumpai burung air seperti Wilwo (Mycteria cinerea), bangau (Egretta intermedia), dll. Adapun jenis-jenis ikan yang menghuni rawa ini adalah belut, gabus, ikan mujair dll. 4) Ekosistem Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah. Kawasan ini seluas ± 64.569 ha dengan komposisi yang sangat beragam dan tajuknya menghijau sepanjang tahun (evergreen), umumnya lantai bawahnya ditumbuhi oleh jenis rotan, liana, perdu dan herba. Jenis tumbuhan yang mendominasi sangat beragam dan tumbuh endemik diantaranya adalah Kalaero (Dyospiros malabarica), Bitti (Vitex cofassus), Kolaka (Perinarium corimbosum), Kakabu (Anthocepalus cadamba), kayu nona (Metrosyderos petiolata), bayam (Intsia bijuga), Kalapi (Callapia celebica), dll. Sedangkan satwa liar yang mendominasi tempat ini adalah babirusa, kera sulawesi, musang, kakatua kecil jamul kuning, ayam hutan, dll.

22 Juni 2008

Definisi Hutan

Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem dikarenakan hubungan antara masyarakat tumbuh-tumbuhan pembentuk hutan, binatang liar dan lingkungannya tidak berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi dan sangat erat kaitannya, serta tidak dapat dipisahkan karena saling bergantung antara satu dengan yang lainnya. Beberapa definisi hutan yang lazim digunakan : 1. Hutan ialah kesatuan ekosistem berupa haparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang disominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU RI No. 41 tahun 1999). 2. Hutan adalah lapangan yang ditumbuhi pepohonan yang secara keseluruhan merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungannya atau ekosistem (Kadri, dkk 1992). 3. Hutan adalah masyarakat tetumbuhan yang dikuasai atau didominasi oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan di luar hutan (Soerianegara, dkk 1982). 4. Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan yang dinamis. Proses alam yang dimaksudkan dari beberapa definisi diatas ialah : 1. Proses siklus air dan pengawetan tanah (hydro-orologis), 2. Proses pengendalian iklim, 3. Poses kesuburan tanah, 4. Keanekaragaman hayati (plasma nutfah), 5. Kekayaan sumberdaya alam, dan 6. Obyek wisata alam.

Deskripsi Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Kriteria Penetapan Kawasan Taman Nasional (TN) adalah sebagai berikut : 1.Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; 2.Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; 3.Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 4.Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; 5.Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Kawasan taman nasional dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman nasionali kelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Pengelolaan Taman nasional didasarkan atas sistem zonasi, yang dapat dibagi atas : 1.Zona inti 2.Zona pemanfaatan 3.Zona rimba; dan atau yang ditetapkan Menteri berdasarkan kebutuhan pelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Taman nasional dapat dimanfaatkan sesuai dengan sistem zonasinya : Pemanfaatan Zona inti : 1.Penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan 2.Ilmu pengetahuan 3.Pendidikan 4.Kegiatan penunjang budidaya Pemanfaatan zona pemanfaatan : 1.Pariwisata alam dan rekreasi 2.Penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan 3.Pendidikan dan atau 4.Kegiatan penunjang budidaya Pemanfaatan zona rimba : 1.Penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan 2.Ilmu pengetahuan 3.Pendidikan 4.Kegiatan penunjang budidaya 5.Wisata alam terbatas.