25 Mei 2009

Sosiologi Hutan

Konsep pengetahuan lokal berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional. Beberapa elemen dasar tentang defenisi mesyarakat asli atau lokal :

  1. Keturunan penduduk asli suatu daerah yang kemudian dihuni oleh sekelompok masyarakat dari luar yang lebih kuat.
  2. Sekelompok orang yang mempunyai bahasa, tradisi, budaya dan agama yang berbeda dengan kelompok orang yang dominan.
  3. Selalu diasosiasikan dengan beberapa tipe ekonomi masyarakat.
  4. Keturunan masyaralat pemburu, normadik, peladang berpindah.
  5. Masyarakat dengan hubungan sosial yang menekankan pada kelompok, pengambilan keputusan melalui kesepakatan, serta pengelolaan sumberdaya secara kelompok.
Istilah Participatory Local Appraisal (PLA) digunakan untuk menjelaskan sebuah metode untuk mengkaji sistem pengetahuan lokal. Metode ini muncul dari apa yang biasa disebut Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Appraisal (PRA).

RRA telah didefinisikan sebagai “aktifitas yang sistematis, tetapi cukup terstruktur, yang dilakukan di lapangan oleh sebuah tim multi disiplin dan dirancang untuk secara cepat mendapatkan informasi atau hipotesa tentang kehidupan desa”(Conway dan Mc Cracken, 1990:223). Conway dan Mc Cracken (1990) menyimpulkan dua karakteristik utama RRA, yaitu :

  1. Mencapai pengesampingan yang optimal. Ketika mengumpulkan informasi tentang system pedesaan dalam waktu terbatas, biaya harus ditekan. Maka setiap pendekatan harus memfasilitasi koleksi informasi secara cepat, dengan menekankan pada variable-variabel kunci.
  2. Penggunaan “triangulasi”. Triangulasi menekankan pada penggunaan berbagai beragam sumber dan cara pengumpulan data serta metoda analisis.

RRA ditujukan untuk mendapatkan informasi secara cepat, yang harus dilakukan dengan menyertakan kontak-kontak tidak resmi dengan penduduk setempat. Penekanan RRA lebih pada kualitatif dari pada kuantitatif data. Hal ini dapat dilihat dari lima ciri RRA:

  1. Iteratif, yaitu tujuan dan proses penelitian tidak secara kaku ditenukan sejak awal, dapat berubah ketika ada beberapa hal tidak sesuai dengan siuasi lokal.
  2. Inovatif, tidak ada metoda standar yang ditetapkan. Metoda dan teknik ditenukan sesuai kondisi setempat, dan tergantung pada pengetahuan dan keterampilan yang ada.
  3. Interaktif, biasanya RRA dilakukan oleh tim yang terdiri dari banyak ahli agar meningkatkan keragaman pengetahuan.
  4. Informal, penekanan diberikan pada teknik wawancara dan diskusi secara informal, meskipun kadang dilakukan pula wawancara terstruktur.
  5. Di lapangan, proses belajar muncul di lapangan, sering kali melalui bekerja dan membantu penduduk setempat. Observasi lapangan biasanya diikuti dengan diskusi tim untuk saling menularkan pengalaman dan temuan. Laporan dibuat begitu observasi lapangan diselesaikan.

PRA diorientasikan kepada bagaimana memfasilitasi atau meningkatkan kesadaran masyarakat dan kemampuan mereka untuk menangkap isu ataupun persoalan. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat lokal mampu melakukan analisis secara mandiri serta menyampaikan temuan-temuannya.

Beberapa metode yang sering digunakan secara kombinasi dalam PLA :

  1. Sumber-sumber sekunder. Sumber ini meliputi tidak hanya buku dan jurnal, melainkan juga laporan, peta, dokumen, memorandum, hasil survey, laporan tahunan, dokumen resmi, sensus, Koran dan majalah. Sebanyak mungkin sumber akan membantu mengurangi terjadinya duplikasi studi yang pernah dilakukan, dan akan membantu menajamkan isu serta membantu mengidentifikasikan orang-orang penting untuk dihubungi lebih lanjut.
  2. Interview atau wawancara setengah terstruktur. Metoda ini dipandang sebagai metoda utama dalam PLA. Wawancara ini dapat dilakukan baik pada perorangan ataupun pada kelompok, dan meliputi baik pengguna sumberdaya (petani, pemburu), aparat pemerintah atau elite lokal. Wawancara dilakukan atas dasar beberapa pertanyaan kunci, dan dilakukan secara terbuka sehingga isu-isu yang tidak diharapkan mungkin dapat berkembang. Wawancara biasanya dilakukan tidak lebih dari satu jam, tetapi dimungkinkan untuk mewawancarai orang yang sama lebih dari satu kali.
  3. Observasi langsung. Observasi langsung dilakukan untuk mengamati kejadian, proses, hubungan dan pola secara sistematik. Metoda ini mirip dengan apa yang biasa disebut sebagai participant observation. Observasi langsung dilakukan untuk mengecek atau mendapatkan gambaran langsung atas isu-isu yang muncul dari sumber sekunder ataupun wawancara. Bahayanya adalah observasi ini dapat menimbulkan efek reaktif. Efek reaktif yang dimaksudkan adalah sebagai situasi yang mana proses atau kejadian yang normal tidak terlihat, oleh karena kehadiran pengamat dari luar.
  4. Model-model visual.
  5. Lokakarya.

Pengelolaan bersama didefinisikan sebagai pembagian kekuasaan dan tanggungjawab antara pemerintah dan pengguna sumberdaya lokal.

Macam-macam RRA :

  1. Eksploratori, mendapatkan informasi awal tentang masalah atau ekosistem. Tujuannya untuk mengidentifikasi pertanyaan kunci atau hipotesa awal (jawaban sementara).
  2. Topikal, menginvestigasi topik tertentu, yang sering muncul dari satu atau lebih pertanyaan atau hipotesa yang diidentifikasi selama eksploratori RRA. Hasilnya berupa preposisi rinci yang dipakai sebagai landasan untuk keputusan pengelolaan atau untuk penelitian selanjutnya.
  3. Partisipatori, meliputi pemakai sumberdaya lokal dalam keputusan tentang inisiatif baru yang didasarkan pada temuan dari eksploratori atau topikal. Hasilnya menjadi percobaan atau kegiatan yang dikelola secara lokal dan masyarakat memegang peran pokok.
  4. Pemantauan, mematau kemajuan percobaan dan pelaksanaan kegiatan. Hesilnya merupakan hipotesa yang direvisi, serta perubahan dalam percobaan dan kegiatan.

Aspek yang mampu memberikan sumbangan pada pengelolaan bersama yang efektif :

  1. Prakondisi yang paling diinginkan,
  2. Kondisi dan mekanisme,
  3. Cakupan spasial yang terbaik,
  4. Mempunyai kelompok yang siap untuk diajak melakukan pengelolaan bersama, dan
  5. Faktor manusia.

Budidaya Tanaman Hutan

Fungsi persemaian antara lain :

  1. Pusat Produksi bibit
  2. Tempat wisata
  3. Tempat olahraga
  4. Tempat pendidikan dan latihan
  5. Tempat penelitian dan pengembangan ilmu

Persemaian dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

  1. Persemaian sementara, digunakan dalam beberapa kali pemakaian, serta lokasinya tergolong dekat dengan lokasi penanaman.
  2. Persemaian permanent, digunakan dengan waktu yang lama serta lokasi persemaian umumnya jauh dari lokasi penanaman.

- Keuntungan Persemaian sementara:

a. Tidak ada pemeliharaan pada tanah persemaian secara khusus,

b. Biaya pengangkutan bibit ke lokasi penanaman murah,

c. Kondisi tanah maupun ekosistem mirip dengan lokasi tanam

d. Pengelolaan relatif murah

- Kerugian Persemaian sementara:

a. Sering kurang berhasil,

b. Tenaga terampil kurang,

c. Biaya operasional mahal